Hari Pertama Masuk Sekolah tanggal 17 Juli 2017 yang lalu, menjadi topik yang menarik bagi orang tua. Berbagai macam perasaan berkecamuk ketika mempersiapkan sekolah, dan mengantarkan anak hingga sekolah. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun turut memberikan perhatian khusus pada kondisi ini. Bahkan mempersiapkan secara khusus melalui Infografis Hari Pertama Sekolah yang berisi panduan secara bergambar mengenai Hari Pertama Sekolah. Anda dapat mengunduhnya disini
Selain mengenai Hari Pertama Sekolah, sekolah menjadi bagian penting untuk pengenalan anak di lingkungan anak.
***
Minggu ini adalah minggu pertama Fachry, anak sulung kami masuk sekolah. Di hari pertamanya masuk sekolah saya sengaja mengambil cuti untuk mendampinginya.
Awal masuk di sekolah baru merupakan langkah awal yang cukup membahagiakan sekaligus menegangkan untuk saya sebagai Ibu. Bahagia karena anak akan belajar bersosialisasi dengan teman-teman baru dan mendapat banyak pengalaman di sekolah barunya ini, tapi juga tegang karena khawatir Fachry masih merasa takut, minder, dan tidak percaya diri ketika harus masuk, berbaur dan beradaptasi dengan lingkungan baru yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Saat mengantar dan menunggui Fachry di sekolah saya sempat berbincang dengan orang tua lain, beberapa menemui kendala seperti yang saya alami, di hari pertama masuk sekolah anak-anak mereka sulit untuk bangun pagi, lebih dari itu beberapa anak bahkan menangis dan tidak mau ditinggalkan ibunya saat mereka masuk ke dalam kelas.
Mendorong anak untuk bangun pagi dan bersekolah memang membutuhkan tenaga serta kesabaran ekstra. Namun kami juga tidak mungkin membiarkan keadaan ini terjadi terus menerus. Kami ingin melepas anak-anak kami untuk bisa belajar mandiri.
Tapi bagaimana caranya?
Berikut ini beberapa trik yang kami lakukan (rumusan dari hasil perbincangan beberapa orang tua siswa):
Beberapa orang tua mengubah pola tidur sang anak sebulan sebelum mereka mulai sekolah. Cara terbaik sebenarnya membuat mereka lelah dengan bermain atau melakukan aktivitas tertentu agar mereka dapat tidur lebih cepat. Selain itu, kita bisa membiasakan memberinya segelas susu sebelum tidur agar anak lebih nyenyak dan memiliki kualitas istirahat yang lebih baik. Ada baiknya kita juga mulai membuatkan jadwal tidur dan bangunnya agar melatih anak menjadi lebih disiplin.
Poin ini merupakan PR besar untuk saya karena memang saya baru memulai perubahan pola tidur 3 hari sebelum Fachry masuk sekolah dan hasilnya sampai hari ke-3 dia masih sangat sulit untuk bangun pagi.
Selain menjadi nutrisi yang paling tak boleh dilewatkan, sarapan juga dapat memberi anak semangat tersendiri untuk memulai hari. Kita bisa mencari menu makanan kesukaannya dan dikreasikan menjadi bentuk yang unik dan simpel.
Hal ini bisa menjadi motivasi untuk bangun pagi sekaligus memberinya semangat dan energi untuk menjalani aktifitasnya selama di sekolah. Jadi, ia tak akan lemas dan malas.
Tidak semua anak memiliki rasa percaya diri dan mudah beradaptasi. Banyak dari mereka yang hanya ‘jago kandang’, sehingga sangat minder saat berhadapan dengan orang baru.
Bersyukur Fachry biasa berbaur dan berinteraksi dengan orang-orang yang berada di lingkungan rumah saat ia belum sekolah. Nampaknya hal ini perlu dibiasakan juga pada anak lain karena memang cukup membantu berkomunikasi dengan sesamanya saat menginjak bangku sekolah.
Tak perlu buru-buru meninggalkan anak sendirian di kelas. Setiap anak memiliki proses berbeda untuk menjadi mandiri. Beberapa orang tua memulai dengan berpura-pura ke toilet dan memantau anak dari kejauhan. Semakin hari, mereka menambah waktu ke toilet tersebut hingga anak tidak lagi mencarinya ketika sedang melakukan kegiatan di dalam kelas.
Untuk poin ini saya bebas tugas, hehehe karena Fachry cukup mandiri dan memang sudah terbiasa ditinggal mamanya kerja.
Jika anak rewel dan minta ditemani orangtuanya saat awal masuk sekolah mungkin masih sangat wajar. Bagaimana pun ini merupakan pengalaman pertama baginya berpisah dari orang-orang terdekatnya. Jika sang anak terus-menerus minta ditemani hingga pertengahan semester nampaknya ini akan jadi masalah dengan perkembangan kemandirian anak.
Beruntungnya kami di sekolah ini para guru sangat kooperatif, terutama dalam hal membangun kedekatan dengan anak-anak. Hal ini memudahkan kami untuk meninggalkan anak di sekolah. Selain itu, setiap hari para guru juga mengirimkan foto saat anak-anak melakukan kegiatan dalam kelas melalui grup media sosial, dengan begitu kami tetap bisa memantau kegiatan anak di sekolah.
Tidak hanya anak yang harus belajar beradaptasi, Orang tua juga perlu. Di sela jam istirahat dan menunggu buah hati belajar, sebaiknya para orang tua membangun komunikasi yang intim dengan orang tua murid satu kelasnya untuk dapat bertukar informasi dan sama-sama mengawasi anak.
Untuk poin ini, karena kebanyakan dari kami adalah ibu bekerja, maka komunikasi itu dilakukan melalui grup media sosial.
Membiasakan budaya ‘menyogok’ pada anak memang tidak dianjurkan, namun jika dilakukan sesekali dan dirasa penting tak ada salahnya. Kita dapat memberikan satu hadiah kecil pada anak, terutama di saat awal mereka mau ditinggal sendiri di kelas atau saat mereka mau menepati jadwal tidur dan bangun yang sudah dibuat bersama. Tak perlu memberikan barang sebagai reward, bahkan sebaiknya jangan barang. Cukup dengan memberikannya pujian ataupun melakukan kegiatan bermain bersama, membacakan dongeng favoritnya, atau hal-hal lainnya yang membuatnya senang, tanpa berpatok pada materi.
Reward yang biasa saya berikan untuk Fachry adalah dengan bermain bola bersama di dalam rumah atau dengan mengijinkannya menonton serial anak Upin dan Ipin sebelum dia tidur.
Dari beberapa trik yang telah dirumuskan, saya masih berusaha mencoba untuk menerapkannya secara konsisten. Semoga ini bisa membantu saya dan orang tua lainnya untuk melatih kemandirian pada anak.
Foto utama: Seorang anak menguap ketika upacara pada hari pertama sekolah di SDN Pasar Baru 05, Jakarta, (Liputan6.com/Faizal Fanani)